Minggu, 15 Februari 2009

Dari Kitab Al-Mawahib Al-Qastallani [7]: Kelahiran Nabi

Dari Kitab Al-Mawahib Al-Qastallani [7]: Kelahiran Nabi

muslimdelft.nl

Pengantar

Kitab Mawahibul Laduniyyah bil Minah al-Muhammadaniyyah (Karunia Ilahiah dalam Bentuk Karunia Muhammadaniyyah) ditulis oleh Imam Ahmad Shihabuddin ibn Muhammad ibn Abu Bakr al-Qastallani (wafat 923H/1517 M), seorang ahli hadits yang mengarang syarah Sahih Bukhari (Irsyad as-Sari). Kitab Mawahib karangan beliau ini adalah kitab yang berisi biografi Nabi Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam.

===============================================

A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Wassholatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyaa-i wal Mursaliin Sayyidina
Muhammadin wa ‘ala aalihi wasahbihi ajma’in

dari
Mawahib al-Laduniyyah bi al-Minah al-Muhammadaniyyah[*]
(Karunia Ilahiah dalam Bentuk Karunia Muhammadaniyyah)
oleh Ahmad Shihab Al Deen Al Qastallani

Kelahiran Ajaib dari Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam (bagian 2)

Di antara keajaiban-keajaiban kelahiran Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam telah diriwayatkan
pula oleh Ya’qub ibn Sufyan, dengan rawi-rawi yang hasan, dalam Fath
Al Bari
[1]. Ia berkata bahwa Istana Kisra, kaisar dari Persia berguncang
dan empat belas balkonnya runtuh; air Danau Tiberia menguap habis;
api Persia padam (menurut berbagai riwayat, api ini telah menyala non-
stop selama seribu tahun); dan di Langit keamanan diperketat, dengan
dipenuhi lebih banyak penjaga dan bintang penembak yang mencegah
setan bersembunyi di sana untuk mencuri berita-berita langit.

Menurut suatu riwayat dari Ibn ‘Umar (RA) dan yang lain, Nabi
Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam dilahirkan dalam keadaan telah terkhitan dan tali
pusarnya telah terputus. Anas (RA) meriwayatkan bahwa Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam
bersabda, “Salah satu dari tanda-tanda kehormatan yang telah
dikaruniakan Tuhanku adalah bahwa aku dilahirkan dalam keadaan
terkhitan, dan tak seorang pun melihat bagian pribadiku.”

Ada beberapa pendapat berbeda berkenaan dengan tahun kelahiran Nabi
Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam. Mayoritas setuju bahwa beliau dilahirkan dalam Tahun
Gajah, dan bahwa beliau dilahirkan lima puluh hari setelah peristiwa
gajah Abrahah, dan kelahiran beliau adalah pada saat fajar malam
kedua belas di bulan Rabi’u al-Awwal. Ibn ‘Abbas (RA) berkata,
“Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam dilahirkan di hari Senin, diberikan kenabiannya pada
hari Senin, berhijrah dari Makkah ke Madinah di hari Senin, tiba di
Madinah di hari Senin, dan membawa batu hitam (Hajar al-Aswad) juga
di hari Senin; selain itu, peristiwa Fathu Makkah (kemenangan Makkah)
dan turunnya Surat Al-Maa-idah keduanya adalah pada hari Senin.”

‘Abdullah ibn Amr ibn Al Aas (RA) berkata, “Ada seorang pendeta di
Marr Al Zhahran, termasuk dari golongan orang-orang Syria, yang
namanya adalah Easa. Ia biasa berkata, ‘Sudah tiba saatnya bahwa di
kalangan orang-orang Makkah, akan lahir seorang anak yang kepadanya
akan berserah diri seluruh kaum Arab, dan orang-orang non-Arab akan
berada di bawah kekuasaannya. Ini adalah waktu baginya.’ Kapan saja
seorang bayi laki-laki baru dilahirkan, ia biasa bertanya tentangnya.
Pada hari kelahiran Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam, ‘Abd al-Muttalib pergi ke luar
dan mengunjungi Easa. Ia keluar dan berkata padanya, ‘Semoga engkau
adalah ayah dari jabang bayi yang baru lahir yang terbarakahi yang
telah kuceritakan padamu tentangnya. Aku pernah mengatakan bahwa ia
akan dilahirkan di hari Senin, menerima kenabiannya di hari Senin,
dan wafat di hari Senin.’ Abd Al-Muttalib menjawab, ‘Malam ini,
saat fajar, aku memiliki bayi yang baru lahir.’ Sang pendeta
bertanya, ‘Kau beri nama apa dia?’ ‘Abd Al-Muttalib menjawab,
‘Muhammad’. Easa berkata, ‘Aku telah mengantisipasi bahwa bayi
yang baru lahir ini akan berasal dari masyarakatmu. Aku punya tiga
tanda atasnya: bintangnya muncul kemarin, ia dilahirkan hari ini, dan
namanya Muhammad.’ Pada kalendar matahari, hari itu adalah 20 April
dan diriwayatkan bahwa beliau lahir di malam hari.”

‘Aisyah (RA) berkata, “Ada seorang pedagang Yahudi berada di Makkah
pada malam saat mana Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam dilahirkan. Dia bertanya, ‘Wahai,
kaum Quraisy, adakah seorang bayi yang baru dilahirkan di antaramu?’
Mereka menjawab, ‘Kami tidak tahu.’ Ia berkata, ‘Malam ini, Nabi
dari ummat terakhir ini dilahirkan. Di antara kedua bahunya ada suatu
tanda yang terdiri atas beberapa rambut di atasnya seperti rambut
leher kuda.’ Mereka menemani Yahudi itu dan pergi ke ibunda Nabi,
dan bertanya padanya apakah mereka dapat melihat putranya. Ia pun
membawa putranya yang baru lahir kepada mereka dan mereka membuka
punggungnya dan melihat tanda kelahiran itu, saat mana sang Yahudi
jatuh pingsan. Ketika ia kembali sadar, mereka bertanya padanya,
‘Celakalah kamu. Apa yang telah terjadi padamu?’ Ia menjawab,
‘Demi Allah, kenabian telah pergi meninggalkan anak-anak
Israel.’

Al Hakim meriwayatkan bahwa Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam dilahirkan di Makkah dalam rumah
Muhammad bin Yousif. Beliau disusui oleh Tsuwaiba, budak perempuan
yang dibebaskan oleh Abu Lahab. Abu Lahab membebaskannya karena
Tsuwaiba telah membawa berita gembira akan kelahiran Nabi. Setelah
kematian Abu Lahab, Abu Lahab pernah terlihat dalam sebuah mimpi, di
mana ia ditanya, “Bagaimana keadaanmu?” Abu Lahab menjawab, “Aku
berada dalam Neraka. Namun, aku mendapatkan istirahatku setiap hari
Senin, saat mana aku mampu menyedot dan meminum air dari titik ini
yang terletak di antara jari-jariku,” dan ia menunjukkan dengan dua
dari ujung-ujung jarinya. “Ini adalah keajaiban yang kuterima karena
aku membebaskan Tsuwaiba saat ia membawa berita gembira kelahiran
Nabi padaku.”

Ibn al Jazri berkata, JIKA ABU LAHAB, YANG KAFIR, YANG DICELA DALAM
SUATU WAHYU AL QURAN, TETAP SAJA DIBERIKAN BALASAN ATAS
KEBAHAGIAANNYA DI SAAT KELAHIRAN NABI (SAW), BAGAIMANA DENGAN KAUM
MUSLIM DARI UMMAT BELIAU YANG BERGEMBIRA DI SAAT KELAHIRAN BELIAU
(MAULID NABI) DAN MELAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK MERAYAKANNYA KARENA
KECINTAAN MEREKA PADA BELIAU?
Demi jiwaku, pahala dan balasan mereka
dari Allah, Yang Maha Pemurah akan berupa masuknya mereka ke dalam
surga-surga kebahagiaan yang dipenuhi karunia-karunia Allah.”

UMMAT ISLAM SELALU MERAYAKAN BULAN KELAHIRAN NABI SUCI KITA (SALL-
ALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM) DENGAN MENYELENGGARAKAN PESTA, MEMBERIKAN
BERBAGAI BENTUK SADAQAH, MENGEKSPRESIKAN KEBAHAGIAAN MEREKA, MENAMBAH
AMAL PERBUATAN BAIK MEREKA, DAN MEMBACA DENGAN HATI-HATI RIWAYAT
KELAHIRAN MUHAMMAD (SALL-
ALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM)
. Sebagai balasannya, Allah mengaruniakan
pada orang-orang beriman dengan barakah yang berlimpah di bulan ini.
Telah dibuktikan bahwa salah satu dari sifat-sifat kelahiran Nabi,
yang disebut sebagai Mawlid, adalah memberikan keselamatan sepanjang
tahun dan kabar gembira akan dipenuhinya semua harapan dan keinginan.
SEMOGA ALLAH SWT MELIMPAHKAN RAHMAT-NYA PADA SETIAP ORANG YANG
MERAYAKAN MALAM-MALAM BULAN KELAHIRAN MUBARAK MUHAMMAD (SALL-ALLAHU
‘ALAIHI WASALLAM) INI
.

Allahumma salli afdalas salaati ‘ala habiibikal Mushtofa Sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wasahbihi wasallaam

Catatan Kaki:
[*] diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari versi terjemahan bahasa Inggris di sunnah.org
[1] Syarah/Penjelasan/Tafsir Hadits Bukhari, karya Syaikhul Muhadditsin (Guru para Ahli Hadits) Ibn Hajar al-Asqalani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar