Minggu, 15 Februari 2009

Dari Kitab Al-Mawahib Al-Qastallani [5]: Pembuahan

Dari Kitab Al-Mawahib Al-Qastallani [5]: Pembuahan

muslimdelft.nl

Pengantar

Kitab Mawahibul Laduniyyah bil Minah al-Muhammadaniyyah (Karunia Ilahiah dalam Bentuk Karunia Muhammadaniyyah) ditulis oleh Imam Ahmad Shihabuddin ibn Muhammad ibn Abu Bakr al-Qastallani (wafat 923H/1517 M), seorang ahli hadits yang mengarang syarah Sahih Bukhari (Irsyad as-Sari). Kitab Mawahib karangan beliau ini adalah kitab yang berisi biografi Nabi Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam.

===============================================

A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Wassholatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyaa-i wal Mursaliin Sayyidina
Muhammadin wa ‘ala aalihi wasahbihi ajma’in

dari
Mawahib al-Laduniyyah bi al-Minah al-Muhammadaniyyah[*]
(Karunia Ilahiah dalam Bentuk Karunia Muhammadaniyyah)
oleh Ahmad Shihab Al Deen Al Qastallani

Pembuahan Nabi Tercinta sall-Allahu ‘alayhi wasallam

Suatu ketika, saat sedang tertidur di halaman Ka’bah setelah Allah menyelamatkan Abdul Muttalib dari serangan Abrahah, ia melihat suatu mimpi yang menakjubkan. Ia pun terbangun ketakutan, dan mendatangi para peramal Quraisy, untuk menceritakan mimpinya. Mereka pun berkata padanya, “Mimpi itu adalah mimpi yang benar, akan muncul dari sulbimu seseorang yang seluruh penduduk Langit dan Bumi akan percaya padanya, dan seseorang yang akan menjadi sangat terkenal.” Saat itu, Abdul Muttalib menikahi Fatimah, dan ia mengandung ‘Abdullah. Dari Al Zabiih (RA), yang ceritanya amat masyhur.

Beberapa tahun kemudian, saat mereka pulang kembali ke rumah setelah
mengorbankan seratus ekor unta sebagai qurban untuk menyelamatkan
hidupnya, ‘Abdullah (RA) dan ayahnya melewati seorang peramal Yahudi
bernama Fatima. Ketika ia memandang wajah ‘Abdullah (RA), yang saat
itu adalah seorang laki-laki paling tampan dalam suku Quraisy, ia
berkata, “Aku akan berikan padamu unta-unta sejumlah yang sama
dengan yang telah diqurbankan untukmu, jika kau mau berhubungan badan
denganku sekarang.” Peramal wanita itu berkata seperti ini karena ia
melihat di wajah ‘Abdullah, cahaya kenabian (nuur Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam), dan
ia berharap ialah yang akan mengandung nabi termulia ini. ‘Abdullah
(RA) menjawab,

“Berkenaan dengan haram, kematian adalah lebih utama,

dan aku tidak melihat satu halal pun dalam pandangan,

dan tentang apa yang kau minta,

seorang yang terhormat haruslah menjaga kehormatan dan agamanya.”

Pada hari berikutnya, ‘Abdul Muttalib membawa ‘Abdullah untuk
bertemu dengan Wahab ibn Abd Manaaf, yang merupakan pimpinan dari
Bani Zuhra, tuan mereka dalam silsilah dan asal usul. ‘Abdul
Muttalib menikahkan ‘Abdullah (RA) dengan putri Wahab, Aaminah (RA),
yang merupakan wanita terbaik dalam suku Quraisy, baik dalam silsilah
maupun kelahirannya. Mereka menjadi suami dan istri di hari Senin, di
salah satu hari Mina, di suatu jalan gunung milik Abu Talib. Dan
Aminah pun mengandung Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam.

Pada hari berikutnya, ‘Abdullah (RA) pergi keluar dan melewati
wanita yang pernah melamarnya sebelumnya. ‘Abdullah bertanya
padanya, “Mengapa kau tidak menawarkan padaku hal apa yang pernah
kau tawarkan padaku kemarin?” Wanita itu menjawab, “Cahaya yang kau
bawa kemarin telah meninggalkanmu; karena itu, aku tak membutuhkanmu
lagi hari ini. Aku sempat berharap untuk memiliki cahaya itu dalam
diriku, tapi Allah menghendakinya untuk ditaruh di tempat yang lain.”

Begitu pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam terjadi, begitu banyak pula keajaiban mulai
terjadi pada Aminah. Sahl ibn ‘Abdullah al-Tustari berkata, “Saat
Allah menciptakan Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam dalam rahim ibunya, di suatu malam
Jumat dalam bulan Rajab, Allah SWT memerintahkan Ridwan, Penjaga
Surga-surga, untuk membuka Surga Tertinggi. Seorang penyeru
mengumumkan di seluruh Langit dan Bumi bahwa cahaya tersembunyi yang
akan membentuk Sang Nabi Pembimbing akan berdiam, pada malam itu
juga, dalam rahim ibunya, di mana penciptaannya akan disempurnakan.
Diwahyukan pula bahwa ia akan muncul sebagai seorang pembawa kabar
gembira dan sebagai pemberi peringatan.”

Diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbaar (RA), bahwa pada malam pembuahan
Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam tersebut, diumumkan di Langit dan seluruh tingkatannya, dan
juga di bumi dan segenap sudutnya, bahwa cahaya tersebunyi, dari mana
sang Nabiyallah sall-Allahu ‘alayhi wasallam diciptakan, akan mendiami rahim Aminah.

Juga, pada hari itu pula, seluruh berhala-berhala di muka bumi
terbalik atas ke bawah. Suku Quraisy yang tadinya menderita karena
kekeringan yang parah dan penderitaan yang berat, melalui peristiwa
yang barakah ini, bumi menjadi hijau dan pohon-pohon pun berbuah, dan
barakah datang pada mereka dari segala arah. Karena tanda-tanda
barakah ini, tahun saat mana Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam dibuahkan dikenal sebagai
Tahun Kemenangan dan Kebahagiaan.

Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa Aaminah (RA) biasa mengatakan bagaimana
ia telah dikunjungi oleh para malaikat ketika ia sedang hamil dan
mengandung Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam, dan ia diberitahu, “Engkau sedang mengandung
seorang Tuan Pemimpin dari Ummat ini.” Aminah pun berkata, “Aku tak
pernah merasakan bahwa diriku tengah hamil dan mengandungnya, dan aku
tak pernah mengalami kesulitan-kesulitan atau mengidam makanan
seperti yang dialami wanita lainnya; aku hanya memperhatikan bahwa
haidku telah berhenti. Suatu saat, seorang malaikat datang kepadaku
di saat aku dalam keadaan antara tidur dan terjaga, dan ia berkata,
‘Apakah engkau merasa bahwa dirimu tengah mengandung Penghulu
seluruh manusia?’, lalu ia pun meninggalkanku. Saat waktu kelahiran
makin mendekat, ia datang lagi dan berkata, ‘Katakanlah: Aku memohon
perlindungan baginya dengan Yang Esa dari kejahatan setiap orang yang
dengki, dan menamainya Muhammad.’ ”

Ibn ‘Abbas (RA) berkat, “Salah satu di antara mu’jizat-mu’jizat
pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah pada malam itu, setiap ekor hewan-hewan
milik Quraisy berbicara dan mengatakan, ‘Demi Tuhan dari Ka’bah,
Utusan Allah telah dibuahkan pada rahim ibunya. Dialah pemimpin alam
dan cahaya dari penghuni-penghuninya. Tak ada satu pun singgasana
milik raja mana pun di dunia ini yang tidak terbalik atas ke bawah
pada malam ini.’ Hewan-hewan liar dari timur bergegas menemui hewan-
hewan liar di barat menyampaikan kabar gembira ini, dan seperti itu
pula penghuni lautan dan samudera memberi salam satu sama lain.
Setiap hari pada bulan pembuahan beliau ini, ada suatu seruan di
Langit dan Bumi: ‘Bergembiralah, telah dekat waktunya ketika Abul
Qasim akan muncul, terberkati dan beruntung.’”

Riwayat yang lain mengatakan bahwa pada malam itu, setiap dan seluruh
rumah tercahayai, dan cahaya itu mencapai tempat mana pun dan setiap
serta seluruh hewan pun berbicara.

Abu Zakariyya Yahia ibn Aa’its mengatakan, “Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam tinggal
dalam rahim ibunya selama sembilan bulan penuh, saat mana ibunya tak
pernah mengeluh sakit atau apa pun yang biasa dialami wanita hamil.
Ibunya biasa berkata, ‘Aku tak pernah melihat kehamilan yang lebih
mudah daripada yang ini, atau yang lebih barakah.’”

Ketika Aaminah (RA) berada dalam bulan kedua kehamilannya, ‘Abdullah
wafat di Madinah di antara paman-pamannya dari Bani Al Najjar, dan ia
dimakamkan di Al Abwa’. Diriwayatkan pula bahwa ketika ‘Abdullah RA
wafat, para malaikat berkata, “Wahai, Tuhan dan Raja kami, Nabi-Mu
telah menjadi seorang yatim.” Allah berfirman, “Aku-lah Pelindung
dan Pendukungnya.”

Allahumma salli afdalas salaati ‘ala habiibikal Mushtofa Sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi wasahbihi wasallaam

Catatan Kaki:
[*] diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari versi terjemahan bahasa Inggris di sunnah.org

2 komentar:

  1. bisa kirim pdf kitabnya gak ya.almawahibul ladunniyah alqostholani.

    BalasHapus
  2. bisa kirim pdf kitabnya gak ya.almawahibul ladunniyah alqostholani.

    BalasHapus